Selasa, 17 Maret 2015

KEJAHATAN YANG TERUNGKAP



Matahari lingsir ke barat mendekati cakrawala. Sekawan burung rawa melintas menghasisawang.Angin semilir perlahan menebarkan aroma bunga-bunga liar tetumbuhan rawa dan bau lumpur setelah sepanjang siang menggembara di permukaan danau yang luas terhampar. Bagi masyarakat Kalimantan selatan,khususnya kawasan Hulu Sungai Selatan,Danau Bnagkau dikenal sebagai kawasan perairan penghasil ikan rawa.Di sisinya terdapat desa kecil yang dinamakan desa bangkau.
Semua itu adalah tautan rindu yang membisikkan kata pulang di hati kecil Basri.Untuk beberapa saat Basri tertegun di halaman sebuah rumah tua. Dua buah tas berisi pakaian dan oleh-oleh dari kota dibiarkan menggeletak diatas tanah. Kedua kakinya sepeti tak mampu melangkah manakala mendekati pagar yang terbuat dari kayugalih. Bukan karena karena kelelahan setelah sehari semalam menempuh perjalanan panjang,melainkan ia hanya ingin berpuas-puas menatapi bangunan tua tempat ia dulu dilahirkan.
Ketika ia melepas pandang kehamparan danau,terlintas suatu kenangan di benaknya.Ia dan ayahnya waktu itu mengayuh jukung ketengah danau kekawasan perairan di dekat Mungkur Kambing.Tak disangka sedikitpun,kalau hari itu ternyata awal sebuah perpisahan. Terbayang di matanya,betapa ayahnya bergulat dengan seekor buaya besar.
Semua itu adalah lambar-lembar kenangan yang pernah singgah dalam perjalanan hidupnya.Ia sendiri baru pulang dari perantauan dengan segala perubahan. Badannya dulu kecil kurus dengan rambut kemerahan dan kulit yang hitam legam karena sering tertimpa terik matahari. Sekarang ia tumbuh sebagai pemuda dengan potongan tubuh atletis,dan rambut yang selalu disisir rapi,serta pakaian yang selalu rapi.
Ibunya meninggal tak lama setelah ayahnya meninggal.Ia diasuh oleh pak Saleh sahabat karib ayahnya. Ia diboyong kekota Samarinda dan menempuh perguruan tinggi disana. Insinyur,sebuah gelar mahal yang sangat langka bagi ukuran anak nelayan dikampung kelahirannya.
Ia pergi ke rumah yang sekarang ditempati oleh julaknya.Julaknya menyambutnya dengan gembira.Malam itu juga,nama Basri telah disebut-sebut hingga ke ujung kampung. Banyak teman-teman semasa kanak-kanaknya dulu yang datang menjenguk. Mereka pun bercerita tentang pengalaman mereka semasa kanak-kanak dulu.
Di luar angin yang semakin dingin,semilir perlahan. Sinar rembulan yang menyeruaki malam.Namun kabut tipis melayang-layang menutupi pandang,pertanda malam kian larut. Satu persatu sahabatnya berpamitan untuk pulang.Dan Basri pun tidur terlelap ditemani lampu minyak yang tergantung di dinding.
Hari masih pagi benar.Basri telah bersiap dan pergi ke wawarung acil Ijah. Ia ingat dulu waktu ikut inunya berbelanja ke warung itudan bersama ibunya ia sarapan nasi kabuli dengan lauk ikan haruan. Setelah sampai di warung ia disambut oleh Acil Ijah dan di persilakan duduk. Ia memesan satu bungkus nasi kabuli.Ia kaget ternyata setelah dibuka ternyata bukan berlauk ikan haruan melainkan telur itik.Tetapi ia maklumi karena menrut pengakuan warga setempat yang saat itu berkumpul di warung tersebut ikan-ikan di Danau Bangkau kian hari makin menipis dan ikan haruan mungkin telah punah.
Pernyataan orang-orang di warung menjadi masukan untuk Basri. Rasa ingin tahu mengenai latar belakang menurunnya hasil danau kian menggebu-gebu di hati Basri manakala ia berkali-kali trun menjelajahi perairan danau dan menyaksikan keberadaan danau yang sesungguhnya.
Hari-hari selanjutnya,Basri terlihat sering mondar-mandir kehulu dan kehilir kampong,mendekati orang-orang yang berkenan diajak berbincang-bincang tentang danau dan ikan-ikan yang ada didalamnya. Tindak-tanduknya yang rada-rada anehdi mata orang-orang awam di kampong ini menjadikan dirinya bahan gunjingan orang-orang.
Pada hari berikutnya Basri pergi ke danau. Ia melempar pancing dan menunggu apakah ada ikan yang terjerat pancingnya. Setelah sekian lama menunggu akhirnya ia mendapatkan ikan papuyu kecil.Ikan itu ia lepaskan,tiba-tiba matanya tertuju pada benda putih mengkilat karena ditimpa sinar matahari yang jaraknya kira-kira seratus meter darijukungnya. Ia kemudian menceburkan diri kedalam air mejuju tempat tersebut.
Setelah sampai di tempat itu betapa tersayatnya hati Basri melihat barang tersebut,bahkan beribu ikan sepat,papuyu,sepat siam,biawan,kapar,dan lain-lain mati mengapung di atas air. Ia merebahkan diri diatas ambuldan tanpa sengaja tangannya menyentuh benda keras yang ternyata adalah potas. Basri cepat kembali keatas jukung dan bergegas pulang dengan membawa ikan yang mati dan potas yang ia temukan.
Di balai desa diadakan pertemuan yang membahas tentang masalah Danau Bangkau. Basri mengahdiri pertemuan itu dan menyampaikan kepada warga apa yang ia temukan di danau. Sebagian warga tidak percaya dengan pendapat Basri dan terjadilah pertentangan. Mereka beranggapan bahwa semua ini dikarenakan murka datu panunggu danau dan mereka akan melakukan upacara Manyanggar Padang.
Setelah pertemuan semakin panas ada orang yang akhirnya melerai.Mungkin kemarahan datu panunggu danau dikarenakan penggunaan potas itu. Basri menjelaskan tentang bahaya potas kepada parawarga. Mereka akhirya sepakat untuk membuat cagar ikan ditengah danau dan tidak ada orang yang boleh menangkap ikan didalam area cagar ikan.
Beberapa hari kemuadian diadakan uapacara Manyanggar Padang dengan sebuah jukung besar dan diikuti oleh puluhan jukung kecil. Dalam upacara tersebut terdapat beberapa tokh,yaitu pangeran yang di perankan oleh anak Kyai Ibat,tokoh kyai yang di perankan oleh Kyai Ibat,dan tokoh dadukun. Tokoh pangeran mulai batandik mengelilimgi sesajen. Dadukun membelah  kepala dan mengisinya dengan gula merah,kemudian sang pangeran menbawa kepala tersebut kedasar danau dan meletakkannya kemudian sang pangeran muncul dan berenang membentuk lingkaran kemudian naik keatas jukung. Kemudian mereka pergi ke mungkur kambing dan jukung-jukung membentuk lingkaran dan sang pangeran mengambil kepala kambing hitan lalu membasuhnya dengan air danau setelah itu meletakkannya di dasar danau. Upacara Manyanggar Padang akhirnya selesai.
Bos iwak garih bersama Badir,Badrun,Ipul,dan Ramli bersekongkol untuk membuat agar Basri tidak betah di kampung itu.Keempat pemuda itu mondar-mandi keliling kampong dengan niatan jahat kepada Basri. Tetapi Basri tidak Nampak batang hidungnya sekalipun, karena sudah dua hari ia bermalam di rumah lanting menemani julaknya.
Bos iwak garih sering terlihat berjukung di area mungkur kambing maka Basri mulai curiga. Suatu hari ia mendapat laporan dari ketiga sahabatnya bahwa bos iwak garih membungkus potas berkilo-kilo banyaknya kemudian dibawa berjukung entah kemana. Sejak saat itu Basri semakin rajin mengawasi gerak gerik lelaki itu.
Suatu hari saat Basri sedang menata buku bersama Fatimah didatangi oleh Ramli,Badir,dan Badrun yang bermaksud untuk mengeroyoknya mereka memukul Basri dengan membabi buta Basri mencoba mengelak tetapi beberapa pukulan mengenai wajahnya. Kesabarannyapun habis ia mengeluarkan jurus karatenya melihat gelagat Basri ketiga pemuda itu mencoba melarikan diri tetapi dua polisi kecamatan yang kebetulan lewat kemudian menangkap ketiganya.
Suasana kembali tenang. Semua orang asyik menonton pertandingan panjat pinang yang sedang berlangsung. Di tengah keramaian terlihat bos iwak garih mengendarai motornya melewati kerumunan. Orang yang asyik menonton menepi,bos iwak garih mengendarai motor sambil membawa bungkusan kantong plastik besar. Melihat perlombaan yang sedang berlangsung bos iwak garih tersenyum senyum ia lalai dan menabrak sebuah lubang. Ia terjungkal dan benda yang berada didalam kantong plastik itu berceceran yang ternyata adalah potas. Warga yang melihatnya berubah menjadi bringas dan memukuli bos iwak garih. Tetapi pak pembakal datang dan melerai warga,serta menyerahkan bos iwak garih kepada polisi. Akhirnya terungkaplah biang keladi pengedar benda beracun atau potas yang sudah meracuni Danau Bangkau selama ini.
Iwan Yusi, dilahirkan di Kandangan, Kalimantan Selatan pada tanggal 2 Desember 1960. Menamatkan SD(1976), SMP(1980),SMA(1983), yang ditamatkannya di kota kelahirannya. Setamat SMA, ia mencoba kuliah di FISIP Universitas Lambung Mangkurat, tetapi putus di tengah jalan. Lalu ia melanjutkan ke Program D-1 /A-1 P3TK Universitas Lambung Mangkurat. Berlatar belakang pendidikan tersebut, saat ini ia mengajar di SMP Negeri 5 Kandangan.
Kekurangan dari buku ini adalah banyaknya kata yang menggunaan bahasa daerah tetapi tidak ada penjelasan tentang arti dari kata tersebut.
Kelebihan dari buku ini adalah dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang membuatnya menarik, kertas yang digunakan lumayan bagus, dan sampul yang menarik.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © S-GITS11SILVER Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger