Pagi itu di
sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya SMP HARAPAN 2, langit terlihat cerah
burung-burung pun berkicau riang seperti biasanya. Suasana cerah itu berbeda
dengan suasana hati seorang gadis yang sedang dilanda dilema, Mira. Gadis
cantik itu sedang berdiri di depan ruang kelas yang terletak di lantai dua
bangunan sekolah ini. Akhir-akhir ini pikirannya dibingungkan dengan akan
datangnya hari Valentine atau hari kasih sayang, seumur hidup ia tak pernah
merayakan valentine. Bukan karena apa, gadis ini memang baru menginjak kelas 1
SMP, dan ia pun tak tau harus merayakan valentine itu bersama siapa.
“Hai Mir!
Pagi-pagi sudah melamun kamu ini.” Enta, sahabat gadis itu tiba-tiba
menghampiri.
“Hai Enta! Sudah datang ya kamu?” jawab gadis yang bernama Mira itu.
“Tentu saja, buktinya aku ada di depanmu sekarang. Apa yang sedang kamu
lamunkan Mir?” Tanya Enta.
“Gini En, kamu tahu sendiri kan sebentar lagi itu mau ada hari kasih sayang,”
Mira berkata sambil menatap Enta, “aku itu ingin merayakannya, tapi aku tak
tahu harus merayakannya bersama siapa.” Lanjut Mira.
“Oh masalah itu, mengapa tidak mencoba bersama Daniel? Dia kan laki-laki yang
paling dekat denganmu menurutku.” Ujar Enta, sahabat Mira itu.
Mira terdiam, apa benar ia harus merayakannya dengan Daniel? Tapi Enta benar
juga, hanya Daniel orang yang paling dekat dengan Mira saat ini. Mereka tidak
pacaran, hanya sebagai sahabat tepatnya, mungkin Mira tidak memikirkan pacaran
mengingat dirinya baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Sambil merenungkan
kata-kata Enta yang kini orang pemberi kata-kata itu telah memasuki kelas,
tiba-tiba saja Mira melihat Daniel datang. Sebenarnya Mira ingin mengatakan hal
itu pada Daniel, tapi keadaan sedang tidak mendukung karena bel masuk
terdengar. Mira pun bergegas menuju tempat duduknya dan berniat mengatakannya
nanti di waktu lain.
Guru mata
pelajaran Bahasa Inggris sedang malas mungkin, ia tidak mengisi pelajaran hari
ini. Mira memanfaatkan jam kosong itu untuk berbicara pada Daniel.
“Dan!” sapa Mira saat berada di bangku sebelah Daniel.
“Apa Mir?” jawab Daniel, Daniel pun meletakkan buku yang sedang dibacanya.
“Berikan aku kado valentine ya?” kata Mira tiba-tiba. Mungkin dia terlihat
begitu bodoh mengatakan hal itu pada Daniel, sangat terlihat dari raut wajah
Daniel yang berubah aneh memandang Mira.
“Buat apa kado itu?” kata Daniel.
“Ya bukan buat apa-apa, kita kan sahabat tidak ada salahnya kan?” ucap Mira
meyakinkan. Tapi Daniel hanya terdiam.
Hari ini di
kelas Mira dan Daniel tampak lebih dekat dari biasanya, bahkan Lisa, gadis yang
sempat suka pada Daniel mengira jika Mira dan Daniel itu pacaran. Pada faktanya
mereka hanya bersahabat dan mungkin Mira yang memiliki rasa lebih kepada
Daniel, sementara Daniel sendiri tidak lebih menganggap Mira sebagai sahabat.
Bel pulang
berbunyi, seluruh murid SMP HARAPAN 2 sudah pasti berhamburan keluar dari
sekolah ini dan menuju rumah masing-masing, akan tetapi berbeda dengan siswa
sekelas Mira, mereka masih latihan upacara sabtu siang ini untuk hari senin
besok. Mereka masih duduk di depan mushola menunggu kakak OSIS yang akan
melatih mereka. Daniel duduk di sisi kanan Mira sementara Enta di sisi kiri
Mira.
“Aku banyak masalah En, bingung mau bercerita dengan siapa. Mungkin kamu bosan
mendengar ceritaku.” Kata Mira kala itu pada Enta.
“Cerita padaku saja.” Sahut Daniel tiba-tiba yang kemudian dibalas dengan
senyuman oleh Mira.
Latihan
berjalan cukup sukses siang ini, semua petugas upacara melaksanakan sebaik
mungkin. Begitu pula dengan Mira, meskipun ia harus mengeluarkan suara ekstra
keras karena menjadi pembaca tata upacara. Selesai latihan teman-teman Mira
pergi ke rumah masing-masing, Mira yang kala itu pulang menggunakan angkot
sedang menunggu angkot di seberang sekolah. Ia bersama Daniel disana.
“Aku pulang dulu ya Mir, angkot jurusan ke rumahku sudah datang.” Kata Dainel
saat itu pada Mira sambil berjalan, memang benar angkot yang menuju rumah
Daniel sudah datang.
“Emm iya, tapi jangan lupa senin ya kadonya!” sahut Mira saat Daniel ada di
dalam angkot.
“Ya kamu juga.”
Mira mengangguk dan sedetik kemudian angkot yang ditumpangi Daniel berjalan
meninggalkan Mira, Mira sendiri menunggu angkot jurusan menuju rumahnya,
hatinya senang sekali membayangkan bagaimana dia akan memberikan kado untuk
Daniel. Tapi tunggu, Mira merasa bingung sekarang kado apa yang dia harus
berikan pada Daniel mengingat kantongnya saja sedang kehausan?
Minggu pagi
ini berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya bagi Mira. Gadis itu sudah bangun
pagi sekali dan bersiap-siap entah kemana, pastinya dengan tujuan membeli kado
untuk Daniel, mungkin semalaman tidak bisa tidur membuat Mira mendapat petunjuk
dari jin tentang apa yang harus ia berikan untuk Daniel.
“Jam 8 masih lama ya?” Mira bergumam sendiri.
“Mau kemana Mir?” Tanya ibu Mira.
“Emm, itu bu Mira mau ke rumah Diana.” Kata Mira sambil tersenyum, Mira tidak
bohong karena memang ia akan ke rumah Diana, akan tetapi dengan tujuan mengajak
Diana ikut serta membeli kado untuk Daniel. “Jam 8 nanti.” Lanjutnya.
“Baiklah tetapi jangan lupa untuk menyapu dan membersihkan rumah ini dahulu.”
Mira
bergegas melaksanakan apa yang diperintahkan ibunya, setelah semuanya selesai
ia lalu menghampiri ibunya di ruang makan untuk sarapan bersama tentunya.
“Mira minta uang ya bu?” kata Mira
“Ya nanti setelah makan ambil di tas, tidak usah terlalu banyak kamu hanya main
ke rumah Diana kan? Lagipula dekat dan disana kamu juga akan disuguhi makanan pastinya.”
Cetus ibu Mira. Mira hanya terdiam, mungkin usahanya untuk mendapat uang
tambahan membeli kado bagi Daniel gagal.
Diana teman sekolah Mira, tetapi tidak satu kelas. Mira sering bermain dengan
Diana karena rumah mereka berdekatan. Dengan semangat Mira mengayuh sepeda mini
berwarna biru itu menuju rumah Diana, sesampainya di rumah Diana, Mira langsung
dipersilahkan masuk.
“Ada apa
Mir? Tumben pagi-pagi sudah kemari?”
“Eh, anterin aku beli kado ya.” Jawab Mira sekenanya.
“Kado? Ada yang ulang tahun?” Diana bertanya lagi, memang Mira tak menjelaskan
atau tak bilang sebelumnya malah yang Diana tau tiba-tiba saja Mira ada di
depan rumahnya.
Mira mendekatkan bibirnya ke telinga Diana, membisikkan sesuatu. Diana
mengernyitkan keningnya dan tertawa meninggalkan Mira.
“Ya sudah aku ganti baju dulu.” Ujarnya kemudian.
Diana dan
Mira memutuskan untuk mencari coklat di sebuah swalayan yang jaraknya cukup
jauh dari kediaman mereka, apalagi sang surya benar-benar menyala terang
membuat kening mereka dipenuhi butiran-butiran air asin. Puas mereka
berkeliling tak ada yang cocok, dilanjutkan perjalanan pencarian kado itu ke
tempat yang lebih jauh. Hingga ayunan pedal sepeda yang dikayuh Mira terhenti
di sebuah toko kado.
“Aku benar-benar lelah ikut kamu Mir!” cetus Diana saat itu dengan nafas
terengah-engah.
“Ya maaf na, mau bagaimana lagi? Kamu mengerti perasaanku kan?” kata Mira
memelas.
“Ya, lalu apa yang kita beli disini?” Tanya Diana.
Mira menerawang, berpikir apa yang akan dibelinya, merenung, dan diam. Kosong. Tidak
ada satu pun pemikiran bagus untuk kado hari kasih sayang itu. Diana yang
melihat sahabatnya seperti orang cengo itu langsung mengambil langkah tegas
dengan masuk ke dalam toko itu, mengambil sebuah coklat berukuran sedang
berikut gantungan kunci kecil, membayar dua barang itu dikasir, dan membiarkan
Mira termenung dengan wajah kebingungan melihat tingkah Diana.
“Kamu kok tiba-tiba masuk na?” Tanya Mira saat Diana keluar dari toko itu
membawa bingkisan barang yang ia beli tadi.
“Kelamaan nunggu kamu! Ini, mana ganti uangnya?” ujar Diana saat itu yang
diakhiri dengan todongan tagihan kepada Mira.
Mira hanya diam dan memberikan beberapa lembar uang sepuluh ribuan kepada
Diana, mungkin Diana sudah menolongnya sehingga ia tidak perlu berlama-lama
mencari kado.
“Kembaliannya aku ambil ya.” Sahut Diana setelah mengambil uang di tangan Mira,
ya Diana mengambil kembalian uang itu sambil tertawa.
Hari yang
ditunggu Mira akhirnya datag juga, ya hari senin 14 Februari. Tidak hanya
karena hari ini Mira memberikan kadonya untuk Daniel, tetapi hari ini Mira
menjadi petugas upacara untuk yang pertama kalinya di SMP HARAPAN 2.
Di sekolah tampak sepi, mungkin Mira yang terlalu bersemangat pagi ini. Mira
berjalan menaiki tangga menuju ruang kelasnya, di depan kelas ia melihat Enta,
sudah datang rupanya sahabatnya itu. Ia hendak meletakkan tas nya, Daniel ada
di dalam kelas. Detak jantung Mira mendadak cepat ketika itu, tapi Daniel tak
mempedulikan Mira dan masih dengan santai menatap buku yang digenggamnya.
“En, aku bawa kadonya loh.” Bisik Mira pada Enta saat sudah ada di sampingnya
kala itu.
“Oh, jadi buat Daniel?”
Mira mengangguk.
Upacara hari
ini berjalan lancar, Mira berikut teman-teman di kelasnya mampu menjadi petugas
yang baik dan sukses terlepas dari kegugupan yang melanda mereka pastinya.
Tidak terlalu buruk mengingat ini upacara pertama bagi mereka menjadi petugas.
Daniel dan Enta mampu menjadi kompi yang baik, Mira mampu menjadi pembaca tata
upacara yang baik pula, sukses.
“Dan, kamu bawa kan?” Tanya Mira yang menghampiri Daniel saat jam kosong di
kelas.
“Kado?” Tanya Daniel balik, Mira langsung mengangguk sebagai jawaban. “Oh, iya
bawa.” Kata Daniel.
“Bagus deh.” Kata Mira dengan senangnya dan berlalu pergi dengan menyisakan
lengkungan kecil di bibir mungilnya.
“Tapi Mir..” Daniel memanggil, tak dihiraukan oleh Mira. Ia terlalu senang.
Mira menghampiri Enta yang sedang duduk sendiri di bangkunya, Enta nampak
termenung entah apa yang ada dipikirannya, padahal Mira akan memberikan kabar
bahagia untuk Enta. Sebenarnya ini bahagia untuk Mira, tapi Enta juga akan ikut
bahagia bukan jika Mira bahagia?
“En, Daniel bawa kadonya loh.” Ucap Mira masih dengan senyuman.
“Maaf ya Mir, apa tidak sebaiknya kamu memberikan kado itu untuk orang lain?”
kata Enta. Aneh sekali sikap Enta hari ini menurut Mira.
“Kenapa En? Lagipula Daniel juga membawa kado untukku.”
“Tapi Mir..”
“Kamu tahu tidak? Kemarin aku bener-bener berjuang buat beli kado itu, panas,
jauh, capek, semuanya buat kado itu. Aku rela asalkan itu untuk Daniel, semoga
Daniel suka ya En.” Mira memotong ucapan Enta dan menjelaskan dengan
bersemangat.
Enta tersenyum, tak bisa lagi ia mengucapkan kata-kata.
—
“Baiklah
anak-anak, kerjakan PR kalian di rumah dan jangan lupa besok dikumpulkan,
selamat siang.” Ujar guru fisika itu sambil berlalu keluar meninggalkan kelas.
Anak-anak sekelas Mira pun juga ikut keluar kelas untuk kembali ke rumah
masing-masing, tetapi Mira, Daniel dan Enta masih ada di dalam kelas. Mira
memang sengaja menyuruh Daniel untuk tidak pulang terlebih dahulu, tentu saja
Mira ingin memberikan kado itu untuk Daniel
Setelah
dirasa semua anak sudah tidak ada, dan kelas sudah sepi, Mira menghampiri
Daniel, “Dan, ini kado dari aku.” Ucap Mira sambil memberikan bungkusan kado
berwarna merah jambu itu kepada Daniel.
“Iya Mir, terimakasih.” Jawab Daniel datar.
Hening. Daniel tak melakukan apa-apa selain mengucap terimakasih.
“Ehm, Dan, aku juga mau bilang terimakasih karena kamu sudah perhatian sama
aku, sudah baik sama aku, dan sudah mau menjadi sahabatku selama ini, aku
sungguh bahagia telah mengenal kamu.” Ujar Mira sambil tersenyum.
Kata-kata Mira baru saja tentunya berhasil membuat Daniel bingung, “Perhatian?
Baik?” kata Daniel pada Mira.
“Memang benar bukan kamu perhatian sama aku? Aku bahagia sekali Dan, andai kamu
tahu itu. Oh ya, mana kado untukku?”
“Maaf Mir, tapi aku sama sekali tidak pernah merasa perhatian padamu dan untuk
kado itu aku tidak ada.”
“Apa? Sudahlah tidak usah menggodaku seperti itu Dan, aku tahu kau pasti
menyembunyikannya, bukankah kau tadi mengatakan kau membawa kadonya.”
“Mira cukup! Berhenti bertingkah konyol seperti itu, aku tidak menggodamu sama
sekali, aku memang membawa kado tapi bukan untukmu. Itu untuk Nina.” Kata
Daniel. Begitu mudah memang bagi Daniel untuk mengatakan hal itu pada Mira,
seperti tidak ada halangan apa-apa tentunya. Sementara Mira masih mematung tak
percaya.
“Tapi Dan… bukankah kau sudah berjanji untuk kado itu? Bagaimana mungkin kamu
bisa pacaran sama Nina.” kata Mira dengan suara bergetar. Tak percaya.
“Maaf Mir, aku tak pernah merasa perhatian padamu, kita hanya teman, atau jika
kamu menganggap sahabat, baiklah terserah. Tidak lebih dari itu. Aku menyukai
Nina sejak lama, bukan kau! Dan untuk kado itu aku mengira hanya lelucon, tidak
lebih.”
“Hanya teman? Kado itu hanya lelucon menurutmu? Baiklah. Terimakasih untuk
segalanya Daniel. Semoga kamu bahagia bersama Nina.” Mira sekuat hati
membendung air yang ada di pelupuk matanya itu, tak pernah menyangka dia kalau
Daniel akan tega mengatakan itu, hal yang sangat menyakitkan untuk Mira.
“Iya sama-sama. Sekali lagi terimakasih.” Ucap Daniel lalu melangkah keluar
kelas dan menuruni tangga untuk pulang ke rumahnya.
Mira hanya dapat memandang punggung lelaki yang disukainya itu, sakit sekali
rasanya jika harus berakhir seperti ini, tangisnya pecah. Enta yang juga ada
disana merasa tidak tega dengan apa yang dialami Mira, dia tahu betul apa yang
dirasakan sahabatnya saat itu.
“Sudahlah Mir, hentikan tangismu. Aku juga baru tahu jika Daniel menyukai Nina
padahal kau dan dia sudah sangat dekat.” Enta mencoba menenangkan Mira.
“Tapi En, aku masih tak percaya. Bagaimana bisa Daniel bersikap seperti itu,
harusnya dia berkata dari awal kalau dia menyukai Nina, sehingga tidak perlu
aku mempermalukan diriku seperti tadi!” masih dengan diiringi isakan Mira
berkata pada Enta.
“Iya, sudahlah lupakan Daniel. Kamu sabar saja ya.” Hanya itu yang mampu Enta
ucapkan untuk sahabatnya, Mira.
Alunan lagu sendu menemani Mira di kamarnya saat ini. Masih dengan isak tangis
Mira termenung sambil memeluk bonekanya, dibenamkan wajah memalukan itu di
balik punggung bonekanya. Masih tak percaya Daniel tega melakukan itu, mungkin
Mira yang bodoh karena menganggap perhatian Daniel itu sesuatu yang berharga,
padahal bagi Daniel tidak begitu berarti. Pengorbanan Mira kemarin mencari kado
sia-sia rasanya, pelajaran baru bagi gadis yang baru menginjak remaja seperti
Mira. Valentine pertamanya, valentine yang menyakitkan untuknya! Untuk
pengalaman baru ini, terimakasih hidup…