Sabtu, 09 Mei 2015

anak durhaka

Tengah tersandar dari lelah yang menguras semua tenaganya, juga tetesan peluh rela ia buang, bersama hari-hari yang dipenuhi sandaran doa di setiap langkahnya.. Begitulah ratapan hidup seorang lelaki tua ini, setelah almarhum istrinya meninggalkan dia 5 tahun silam, dengan ikhlas dijalaninya, tiga orang anaknya sudah berkeluarga, namun malang, entah bagaimana dulu ia mendidik anaknya, serasa ia hanya sendiri dan hanya bisa mengusap perlahan wajah tuanya yang sudah penuh dengan garis-garis sisa kewibawaannya dulu.
Pak ipin, itulah nama lelaki tua itu kerap disapa, suatu pagi, dengan langkah tuanya ia tergopoh menuju halaman belakang rumahnya, yang hanya berukuran 1 kali 3 meter saja, menoleh kiri dan kanan, ia tersenyum setelah melihat tiga biji cabai berwarna merah yang ia tanam sendiri telah masak, hanya itu yang ia andalkan pagi ini untuk sarapan, yah hanya nasi dan sambal.. sungguh memprihatinkan…
Suatu hari ia bertandang ke rumah sang anak sulungnya yang berjarak tak jauh dari rumahnya, hanya berjarak 3 rumah dari tetangga, dengan harap ia berjalan..
“Assalamualaikum” Tak juga terdengar sahutan dari si pemilik rumah,
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam kakek” dengan berlari kecil bocah lelaki itu menyambut lelaki tua itu dan menciumi tangannya, hanya karena cucunya itu, ia masih bertahan dan tak mau mempermasalahkan perlakuan anak sulungnya terhadapnya, dengan selalu bersabar atas perlakuan sang anak yang tak seharusnya diterima seorang ayah…
Suatu hari, pak ipin seusainya shalat zuhur, ia tengah berbaring di atas dipan yang baginya sudah sangat menyakiti tubuhnya, bagaimana tidak, dipan bambu yang hanya beralaskan selembar karpet bekas, itu pun pemberian tetangganya yang merasa iba dengan kondisinya, tak jarang pula tetangga-tetangganya menyedekahinya sepiring nasi, yang selalu diterimanya dengan penuh syukur.
Samar-samar dari dalam didengarnya gerutuan seorang lelaki, yang tak lain dialah anaknya,
“Bapak, pak”, ujarnya dengan lantang tanpa mau menoleh, seketika itu juga tertatih ia keluar dari rumahnya
“Pak, bagaimana sih, rumput liar di kebun belakang rumah belum juga diselesaikan, keburu tumbuh lagi pak” ujarnya geram
“tunggu beberapa jam saja nak, bapak kelelahan juga tadi belum sempat untuk shalat”
Dengan wajah masam, “nanti sore sudah harus rapi pak…” kelakarnya sambil berlalu tanpa melihat lagi wajah lelaki tua itu.
Begitulah setiap hari, ada saja omelan yang ia dengar dari ketiga anaknya… Meskipun demikian, lelaki tua itu tidak pernah merasa sakit hati, ataupun marah dengan perlakuan anak-anaknya.
Malam mulai menggelayut di gubuk tua itu, hanya setitik cahaya lampu minyak, itu saja sudah cukup baginya, sungguh seorang ayah yang malang,
Fikirannya jauh melayang ke masa lalu, dimana dulu semasa almarhum istrinya masih berada bersamanya, ketiga anaknya juga masih begitu polos dan lucu, hanya senyum yang tampak di wajah tuanya, ketika kenangan itu mampir dalam memorynya.
Minggu pagi seperti ini, pak ipin hanya bisa terduduk memandang titik demi titik curah air depan rumahnya, dia tak dapat bekerja seperti biasa di rumah ketiga anaknya, hujan mulai turun dari tadi subuh seolah menyuruhnya untuk sejenak beristirahat, tapi baginya tak bekerja sama saja dengan tak makan, bagaimana tidak, dari ketiga anaknya dia hanya mendapat upah sepiring nasi, lauk dan sayur terkadang ia dapatkan.
Di tengah ia melamun di berdoa dalam hatinya,
“ya Allah, begitu sempurna hidup yang engkau berikan padaku, umur yang panjang juga kesehatan engkau berikan, 70 tahun bukan waktu yang sedikit, begitu juga dengan ketiga putraku, hh.. ya Allah panjangkan umur mereka, jauhkan dari kemelaratan hati juga harta, jaga mereka selalu” demikian doanya di pagi itu, meski pak ipin tau perlakuan anaknya tak pantas ia terima, selalu dimaafkannya anaknya
Dunia memang tak bisa menegur, waktu juga terkadang lupa untuk mengingatkan seseorang, hingga suatu hari, asmul anak sulungnya, yang tak pernah menaruh rasa hormat pada seorang ayah, juga selalu berkata kasar dengan ayahnya itu mendapat musibah, yah, akhirnya Tuhanlah yang bertindak, Asmul ketika akan berangkat ke mataram untuk suatu keperluan terjatuh dari sepeda motornya, kakinya patah, sehingga beramai-ramai orang membopongnya pulang,
Banyak juga tetangganya mencibir “pasti itu si Asmul kualat sama bapaknya”,
“iya, masa bapak diperlakukan seperti babu”, dan banyak lagi cibiran dari tetangganya yang sering melihat perlakuan tidak senonohnya itu.
Dengan langkah agak cepat, pak ipin berjalan menuju rumah anaknya, kalau bisa ia ingin berlari saja, tapi apa daya, usianya sudah menghalangi keinginannya.
Sesampainya di depan pintu, Asmul yang baru saja melihat ayahnya mendekat, langsung berteriak kencang membuat orang sejenak terdiam dengan ulahnya itu “berhentiii, bapak tidak usah mendekatiku apalagi melihat keadaanku sekarang, bapak kan yang sudah mendoakan aku sampai terjadi seperti ini, bapak senang kan, hahhh…” istri Asmul hanya diam, tentu saja dengan muka masam, pak ipin sangat malu juga sedih mendengar apa yang baru saja ia dengar dari anaknya, betapa tidak, hatinya bagai tersambar petir di siang bolong.
3 bulan kemudian, ramai orang berkerumun di rumah Asmin anak keduanya menderita sakit parah dan tengah sekarat. Asmin selalu memanggil manggil almarhum ibunya, sekiranya itu pak ipin bukan alang kepalang pusingnya, tak ada yang bisa ia perbuat, tak ada sepeser pun uang untuk diberikannya pada Asmin,
Seperti biasa disempatkannya untuk menengok Asmin, dan juga ketiga anaknya tengah berkumpul, hanya kebisuan yang ada..
“Ba pakk”, terdengar parau suara Admin memanggil lelaki tua itu, paak, Asmin minta maaf,
“iya min bapak tidak pernah menganggap kamu salah”,
“pak, pak”
“iya Min”
Lailaahaillallah, istigfar min, lelaki tua itu menuntun anaknya untuk mengingat allah,
samar-samar terdengar suara tangis, Asmin telah meninggal dunia, meninggalkan istri dan kedua putrinya, tentu saja pak ipin lebih merasa sedih, karena sepanjang hidup anaknya selalu memusuhuinya, dengan lapang dada, pak ipin memaafkan segala kekhilafan anaknya, juga memohonkan ampunan kepada yang maha kuasa, karena kasih seorang ayah sepanjang hayat
Selesai

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © S-GITS11SILVER Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger